Friday, March 30, 2012

Activity: Play A I U E O

Sudah beberapa kali mencoba mengenalkan abjad untuk Vino. Kebetulan Vino kan lebih cepat 'nyantol' kalau dia dengar lagu. Kita nyanyi-nyanyi 2-3x sudah mulai ingat dia. Kali ini aku coba lewat lagu AIUEO (bisa didownload di pelanginada.com). Awalnya agak ragu...soalnya huruf baru kenal beberapa saja, sedangkan di situ sudah mulai diajarkan suku kata ba-bi-bu-be-bo, dst. Tapi ternyata Vino senang lagu itu...malah cekikikan..mungkin bagi dia omongan ba-bi-bu-be-bo itu lucu ya :) Yang penting senang dulu deh.

Vino juga suka main puzzle...meskipun puzzle kali ini dia belum bisa main sendiri (lebih kompleks), tapi ternyata puzzle juga bisa dijadikan media untuk mengajari huruf. Yang biasanya dia udah bosen sampai huruf D atau E..kali ini dibuat permainan yang lebih menarik. Kadang dia sendiri yang minta dibuatin puzzle huruf. Hari ini bikin huruf A I U E O sambil nyanyi-nyanyi, malah dia sendiri yang nambah mata, hidung sama mulut dihuruf O. Next time, nyanyi-nyayi lagi sambil bikin huruf yang lain :)

bikin wajah dari huruf O


A I U E O from puzzle

Monday, March 26, 2012

Balita Jadi Pamrih? Beri Penghargaan Positif Bukan Sogokan

Alih-alih segera membereskan mainan, eh balita Anda malah minta upah duluan. Wah, kecil-kecil suka minta bayaran! Coba cek kembali kebiasaan Anda.

Terkadang karena ingin balita segera melakukan apa yang Anda minta, Anda langsung menawarkan sesuatu sebagai upah. Memang ia segera beraksi. Tapi cara itu membuatnya tidak belajar tanggung jawab. Jika berlarut menjadi kebiasaan, ia malah punya posisi kuat untuk selalu memeras Anda.
Kebiasaan kurang baik ini malah membuatnya tak mampu membangun motivasi dari dalam dirinya sendiri. Dia juga tidak belajar berempati dan menolong orang lain tanpa pamrih.

Agar anak tidak pamrih:
  • Hadiah di akhir. Bedakan tujuan Anda memberi hadiah, sebagai penghargaan ataukah untuk menyogoknya. Menyogok berarti Anda menawarkan hadiah sebelum dia melakukan sesuatu yang Anda inginkan. Penghargaan berarti hadiah itu Anda berikan setelah balita menyelesaikan kewajibannya, karena ia mau melakukan sesuatu dengan kesadaran.  
  • Beri alasan, setiap kali Anda memberi penghargaan berupa hadiah maupun pujian. Ini penting untuk memperkaya identitas diri balita. Saat Anda memberi pujian jangan memberi pujian kosong, seperti “Andre pintar deh.” Beri pujian yang membuat anak paham akan perbuatannya. Misalnya, “Andre pintar sekali sudah bisa makan sendiri.”
  • Jangan berlebihan. Hindari melimpahi hadiah bila dia mengerjakan sesuatu yang sudah jadi tanggung jawabnya, misalnya meletakkan sepatu ke tempatnya. Di saat Anda baru memperkenalkan tanggung jawab, Anda memang perlu memberinya hadiah untuk memotivasi anak. Selanjutnya motivasi dalam diri anak harus dibangun tanpa hadiah. Anda bisa berkata, “Rapi ya. Sepatu yang tertata rapi memudahkan kita mengambilnya.”   
  • Sesuaikan dengan perjuangannya. Biarkan balita merasakan kepuasan menerima sesuatu sebanding dengan perjuangan dan usahanya.  Memberikan hadiah sebagai kejutan akan lebih berguna daripada membuat  anak selalu berharap mendapatkan hadiah setiap kali dia melakukan sesuatu. Balita akan lebih terpacu untuk berusaha sendiri.
  • Berikan contoh. Tunjukkan pada anak bahwa Anda mau melakukan sesuatu tanpa pamrih. Misalnya membantu memotong tanaman tetangga yang menjulur ke rumah Anda. Jelaskan pada anak, kita harus saling menolong.  Ucapan terima kasih dari orang yang ditolong merupakan hadiah yang luar bisa.  
  • Konsisten dengan tidak memberinya upah untuk apapun yang memang seharusnya dia lakukan. Misalnya, ia harus mandi, tidur siang atau makan di tempat semestinya.

Ganti Hadiah Anda

Situasi: Anak tak mau mandi.
Dulu: “Kalau kamu mau mandi, nanti ibu belikan es krim.”
Sekarang: Ciptakan suasana mandi yang menyenangkan dengan membawa mainan ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, beri si kecil pujian.
“Hm, wanginya anak ibu.”

Situasi: Anak tidak mau berhenti minum susu dengan botol.
Dulu : "Kalau kamu mau minum susu pakai gelas, nanti kita beli mainan."
Sekarang: Berikan dia papan penghargaan untuk menempel stiker setiap kali dia minum susu dengan gelas. Setelah berhasil selama satu minggu, balita berhak mendapat mainan. 

Tiga hal penting tentang penghargaan untuk anak:
  1. Pujian dan perhatian adalah penghargaan terbaik untuk si kecil.
  2. Pada usia balita, penghargaan harus diberikan saat itu juga, jangan ditunda-tunda.
  3. Anda harus memberi penghargaan dengan tulus.
source: AyahBunda.co.id

Reward or punishment?

Hari ini betul-betul dibikin puyeng sama Vino..eits...salah ya..harus bersyukur dulu, diberi anak sehat yang bisa mengungkapkan keinginannya (meskipun keinginan yang tidak sesuai dengan para orang dewasa). Sedikit-sedikit kalau keinginan tidak dituruti ujung-ujungnya nangis. Menurut buku parenting yang pernah dibaca, kalau anak menangis biarkan dahulu sampai dia tenang baru diajak bicara. Tapi kalau keseringan nangis-lama lagi...males juga dengernya. Gregetan. Kalau pas lagi nangis terus dikasi peringatan dan ditinggal, wah nangisnya tambah ngejer. Cape deeeh.

Warnanya ditumpahkan
Picasso cilik
Hari ini bermain cat air lagi. Sebenarnya agak malas ngasi Vino permainan ini, karena dia diajarin pakai cat air masih belum mau-dalam artian dikasi tau tidak mau mendengarkan. Misalnya sudah ada macam-macam warna, tapi dia masih nggak mau cuci kuas kalau pindah dari 1 warna ke warna lain. Yang ada malah dicampur semua sampai jadi hijau kehitaman terus jadinya main air sama spons yang buat melukis. Well, sebenarnya sampai sini tidak masalah...karena aku sudah siap, kalau main cat pasti kotor n udahlah dia mau ngapain aja. Sempat juga Vino gambar garis bergelombang (versi Vino) trs main tebak-tebakan abjad..sisanya dia asyik berkreasi sendiri pakai spons dan mindah2 air pakai spons hehe...

Sudah kelamaan main, diingatkan buat pipis marah-marah. Nangis2..padahal sebetulnya sudah kebelet. mendekati jam makan  ganti permainan pindah-pindah air dari botol-gelas. Karena waktunya mepet jadi nggak terlalu melayani keinginan dia buat isi air bolak balik...mewek lagi. Disuruh mandi, ribut lagi.........gantian waktunya disuruh mentas...ribut lagi gara2 nggak mau berhenti main air di kamar mandi. Disuruh makan nggak mau, mesti pakai ancaman gak usah lihat TV kalau ga makan. Tidur aja. nangis-nangis lagi. Wis...pokoknya rempong bin menjengkelkan! Capek juga marah2.

Sistem time out juga sudah sering diterapkan, tapi belum terasa manfaatnya. Sejauh ini cuma sorry-sorry tapi pada prakteknya juga terulang lagi. This is absolutely trouble two. Ataukah memang pada usia yang sangat dini seperti ini penerapan disiplin susah ya...tidak semudah di tayangan Nanny 911-dalam 7 hari sudah berbalik menjadi anak yang manis (mungkin proyek yang gagal tidak ditayangkan ya)

Reward cards
Malam in mencoba bikin reward cards. Gambarnya Gigy (boneka kesayangan Vino) sama Lightning McQueen (tokoh Cars) yang lagi nyengir mamerin gigi, supaya Vino lebih rajin sikat gigi,. Jadi, kalau dia berbuat hal yang positif seperti bantuin memasukkan baju ke laci, atau membawakan piring makan ke dapur-dapat Gigy card. tapi kalau nggak nurut, nakal, dll yang jelek-jelek rewardnya diambil. Berapa reward cards yang dikumpulkan bakal dihitung waktu malam. Sudah dijelaskan juga sama dia, kalau mau kartu-kartu itu harus usaha. Nggak asal ngasih.

Testing malam ini (percobaan pertama) berhasil. Masih baru kalii :)
Vino yang bawa tongkat kemana-mana (nggak mau dilepas, padahal kotor) pas diiming2 Gigy card, dengan sukarela ngasih tongkatnya. Padahal tadinya keras kepala banget gak mau ngasih. Sikat gigi masih alesan ini itu, tapi aku kasi reward juga buat menghargai dia mau sikat gigi. Kartunya dia sendiri yang masukkan ke wadah-supaya senang. Berhasil atau tidak? We'll see.

Friday, March 16, 2012

Activity: Menggolongkan

Sudah lumayan lama tidak menulis. Apalagi lagi ga enak body..males nulis. Kangen juga. Sore ini bermain bersama Vino, Gigy (the giraffe) dan Snoopy (the dog). Kita bermain peran dan mengenalkan tentang penggolongan ke Vino.

Snoopy eat orange cookies, Gigy eat green cookies

Ceritanya Gigy dan Snoopy mau makan kue. Gigy mau makan kue yang hijau, Snoopy mau yang orange.
Atau Gigy mau yang orange, Snoopy kue yang selain orange.

Mainnya juga bisa dikombinasi sama menghitung. Ceritanya, pura-pura kue dimasukkan ke lemari es (diselipkan ke rongga d kalender duduk). Terus di-timer. Dihitung sampai angka tertentu, misalnya 7 lalu baru dibagi-bagi ke Gigy sama Snoopy. Jangan dibayangin selancar ini lho...kadang dia juga semau gue hehehe...Besok dicoba lagi.

Monday, March 5, 2012

Kenali 3 Tipe Belajar Anak


Mungkin Bunda sudah pernah mendengar 3 tipe belajar pada anak, yaitu visual, auditory dan kinestetik. Bahkan mungkin juga pernah mengikutkan anaknya untuk tes dia masuk kategori mana. 

Waktu Vino masih belum 1 tahun, ada seminar yang diadakan sebuah produk susu mengenai tumbuh kembang anak. Disitu juga ditawarkan tes finger print bagi anak-anak untuk mengenali tipe belajar anaknya. Tentunya ada biaya khusus-yang cukup mahal waktu itu (dengan potongan harga). Sebenarnya ada rasa ingin tahu yang menggelitik, kira-kira Vino masuk yang mana ya. Namun dengan pertimbangan waktu yang aku rasa kurang bersahabat bagi anak seusia dia dan suami juga kurang setuju, aku tidak mengikutkan Vino. Biarlah dia berkembang dan kami mengamati perkembangannya secara alamiah tanpa harus tes ini itu. 

Hingga saat ini, aku rasa dia cepat menyerap informasi yang disampaikan secara auditory, karena dia cepat mengingat lagu-lagu, sudah bisa ikut doa Salam Maria (yah...tentunya tidak seperti kalau kita orang dewasa yang melakukannya). Tapi juga tidak menutup kemungkinan kalau dia mempunyai pendekatan belajar cara yang lain.

Setiap anak memiliki kemampuan belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan dan teknik pengajaran yang berbeda pula.


Di sekolah umum, mungkin metode pengajaran disamakan untuk semua murid. Tapi Anda bisa membantu sang anak menerima pelajaran lebih baik saat belajar di rumah. Untuk itu, Anda harus mengenali terlebih dahulu cara belajar anak.


Dikutip dari Child Central, tipe belajar anak bisa dibedakan menjadi tiga, visual; auditory dan kinestetik. Masing-masing tipe punya keunggulan juga kelemahan. Seperti apa? Berikut ini penjelasannya.




1. Visual
Tipe visual bisa menyerap pelajaran lebih baik dengan melihat. Mereka lebih suka melihat atau membaca terlebih dulu sebelum belajar hal-hal baru. Diperkirakan, sebanyak 80% pelajaran bisa dimengerti melalui penglihatannya. Membaca buku dan melihat gambar adalah cara belajar yang paling disukainya.



Tipe visual juga biasanya memilih duduk di kursi terdepan di sekolahnya, agar dia bisa melihat dengan jelas guru dan papan tulis. Mereka sangat bagus menuliskan ulang apa yang ada di papan tulis, tapi kadang suka terlewat instruksi yang diberikan secara oral (dikte-red).



Coba perhatikan tingkah laku anak Anda saat mengerjakan pekerjaan rumah. Jika si anak lebih mudah mengerti dengan membaca, tertarik pada gambar, diagram, tabel serta grafik; kemungkinan besar anak Anda punya tipe belajar visual. Maka untuk membantunya belajar di rumah, sediakan papan tulis serta gambar-gambar menarik sebagai komponen pendukung agar dia lebih mudah mengerti dan tertarik belajar.



2. Auditory

Anak dengan tipe belajar auditory, harus mendengarkan pelajaran mereka untuk memahaminya. Mereka lebih suka segala sesuatunya dijelaskan dengan perkataan. Tanyakan pada anak Anda, apakah dia lebih suka menyimak pelajaran dari papan tulis atau saat guru mendiktenya? Jika dia memilih yang kedua, maka si anak adalah tipe auditory.



Dilansir oleh eHow, tipe pendengar biasanya merekam informasi yang telah diucapkan. Beberapa dari mereka bahkan merasa lebih nyaman belajar jika disertai suara musik pelan. Mereka biasanya mengingat pelajaran dalam bentuk lagu favorit atau puisi. Keuntungan dari tipe ini, mereka tidak mudah bosan belajar, selama materinya disampaikan dengan cara audio.



Bila anak Anda termasuk tipe auditory, Anda bisa membekalinya dengan perangkat audio seperti MP3 player yang dilengkapi fitur audio recording. Sebelumnya, minta bantuan guru di sekolahnya untuk menyampaikan materi secara visual maupun audio dengan intensitas yang sama. Dengan begitu, anak dengan kemampuan belajar visual maupun auditory bisa sama-sama menyerap pelajaran dengan baik. Namun jika si anak tetap sulit menangkap pelajaran --karena sebagian besar sekolah reguler menerapkan metode pengajaran visual-- Anda bisa memasukkannya ke sekolah privat atau home schooling.



3. Kinestetik

Anak dengan kemampuan belajar kinestetik tidak bisa hanya duduk tenang dan menunggu informasi disampaikan. Mereka belajar melalui 'gerakan' dan tertarik mencari sendiri hal-hal yang ingin mereka tahu tanpa harus selalu membaca buku panduan. Oleh karena itu, tipe ini cenderung tidak bisa diam dan kerap dianggap anak nakal karena kerap tidak bisa diam dan sulit mendengarkan penjelasan guru di sekolah.



Selain itu, tipe kinestetik sangat suka berjalan-jalan karena mereka melihat lingkungan sekitar dengan cara berbeda. Bagi mereka, bumi adalah sebuah taman bermain raksasa yang penuh dengan berbagai hal menarik yang ingin mereka ketahui dan jelajahi.



Tanyakan pada anak Anda, ketika mendengar kata 'kucing', apa yang langsung terlintas dalam pikirannya? Jika ia mengatakan; 'hewan dengan bulu-bulu halus', kemungkinan besar si anak adalah tipe kinestetik. Sentuhan dan rasa sangat penting baginya dan dia lebih tertarik pada pelajaran yang bersifat eksperimen dan study tour.



Ajari dia belajar dengan cara mencontohkan apa yang harus dia lakukan. Tipe kinestetik menangkap informasi baru dengan melihat apa yang dilakukan orang lain, lalu mencobanya sendiri. Gunakan balok-balok atau magnet bertuliskan huruf alfabet untuk ajarkan dia mengeja. Si anak akan mengingat huruf-huruf dengan menyentuh dan memindah-mindahkannya. Buat aktivitas belajar dalam beberapa sesi dengan waktu yang pendek, dan tawarkan istirahat sebentar di setiap akhir sesi agar tidak lelah. 


What about your child?

Boardbook: Cars-Warna

Buku boardbook Cars ini aku beli di Gramedia. 28ribuan kalau tidak salah. Belinya waktu Vino sekitar umur 1 tahun lebih. Tujuannya buat mengenalkan warna. Beli yang ada karakter Cars. Waktu itu dia juga masih belum terlalu mengenal tokoh-tokoh film tersebut. Mamanya juga belum kenalan. Kalau sekarang sudah hapal semua hehehe.

Tiap hari diceritai, dibacakan, dikenalkan dan dipraktekkan. Misalnya kalau pergi jalan-jalan, ada mobil lewat, kita tanya "Mobilnya warna apa Vino?...Biru kayak Doc Hudson atau hitam kayak Sheriff" Lambat laun dia bisa menjawab dengan mengasosiasikan warna dengan tokoh-tokoh di buku.

Contoh lain, dikenalkan warna-warna di kertas lipat. Kuning seperti Luigi, merah seperti MacQuin, dll. Kita pakai bahasa Indonesia dulu jadi anaknya tidak bingung bahasa. Sekarang setelah sudah mengenal warna, pelan-pelan mulai dikenalkan dengan bahasa Inggris. Di buku ini juga ada pengenalan bahasa Inggris untuk warnanya. Red untuk  merah, yellow untuk kuning, dsb

Sampai sekarang kalau mau tidur Vino masih minta dibacakan buku ini. Dia suka dengan tokoh-tokohnya. Sekarang cara ini mau aku pakai buat mengenalkan angka :)

Friday, March 2, 2012

Activity: Main air dengan spons

Main air itu sudah kegiatan Vino sehari-hari. Beberapa waktu lalu aku coba kasi pewarna ke airnya. Warna-warna primer. Merah, kuning, hijau. Terus aku perkenalkan kalau warna merah-kuning dicampur bisa menghasilkan warna orange. Merah-biru jadi ungu. Biru-kuning jadi hijau. Kayaknya kalau pakai air dia lebih memperhatikan dibanding kalau pakai alat warna lain hehehe...

Hari inipun dia sibuk main air sendiri, kali ini ngeributi si mbak ART. Pakai botol, truk mainannya sama wadah-wadah lain. Trus dapat ide, aku kasi spons biar dia pura-pura cuci mobil niru papanya. Kebetulan kemarin pagi dia sibuk cuci (ban) mobil. Aji mumpung ceritanya nih. Sponsnya juga darurat, diambil dari penghapus whiteboard :d Aku kasih contoh dulu cara ambil air pakai spons terus diperas airnya. Sisanya udah dengan sukacita dilakukan sendiri :)

Inspirasinya aku dapat ketika beberapa waktu lalu nonton video di youtube tentang metode montessori meremas spons, memindahkan air dari 1 tempat ke tempat lain. Meremas spons adalah kegiatan penting pra menulis bagi balita, memperkuat pergelangan tangan dan jari, sehingga pada saat anak mulai belajar makan sendiri, ia terampil memegang sendok/gelas.  Pergelangan dan jari-jari yang kuat akan sangat membantunya pada saat belajar menulis di usia SD. 

Vino cuci ban truk

meremas spons

ambil air pakai spons


Kalau mantengin dia terus ya capek..aku tinggal bikin blog sama sesekali ditengok. Trus, minta dikasi warna merah. Tau-tau Vino panggil-panggil. Antusias banget. "Ma..ma...airnya jadi orange!!" 
Waaah...ternyata air merah tadi dituang ke bak truk (warna kuning). Airnya jadi orang. 
Bravo Vino!! You DISCOVER something!!! Kayaknya dia bangga gitu menemukan sesuatu haha.
Permainan masih berlanjut...minta air warna biru...lalu dituang ke truknya jadi hijau.




Yay Vino!!...you learn something today :) Mom proud of you

Thursday, March 1, 2012

Activity: Menjepit flashcard ABC

Hari ini setelah bosan main flute, Vino mulai minta main jepit jemuran dan minta tali. Aku coba tawarin buat jepit kain/kartu. Kalau waktu lalu dia cuma tertarik buat menjepit saja. Kali ini dia tertarik main pakai kartu. Lumayan :) Waktunya mengeluarkan koleksi flashcard alfabet ^^ Udah lama nggak kepakai. Kalau dibuat nge-flash, paling kalau nggak dilirik sebentar, direbut terus diacak-acak atau paling parah cuma ditoleh aja n nerusin main mobil atau kereta api

Vino mencoba menjepit huruf 'E' 
Kalau dulu dia sudah bisa menggunakan jepitan, kali ini agak susah mengkoordinasikan tangan untuk membuka jepitan dan memposisikan kartunya. So he needs help this time.
Baru sampai E sudah bosan hahaha. 

It's Ok. Paling nggak hari ini sudah main A-E






Jepit A-D







Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...