Ada
seekor monyet yang menjadi kepala geng diantara para binatang kecil,
sifatnya sangat sombong dan nakal, selalu menimbulkan kekesalan diantara
para binatang, tetapi mereka tidak berani menegurnya.
Pada suatu hari, monyet berkata kepada kelinci, “Hari ini cuaca sangat
cerah, ayo kita naik ke gunung bertamasya.” Kelinci menggelengkan
kepalanya menolaknya.
Monyet merasa kesal, lalu mengajak tupai,tetapi tupai juga menolak.
Monyet lebih kesal lagi, lalu memutarkan badannya mengajak srigala,
tetapi srigala juga tidak suka kepada monyet, dan menolaknya. Setelah
ditolak oleh semua binatang kecil, monyet tidak tahu harus berbuat apa
lagi, akhirnya dia dengan kesal sendirian naik ke atas gunung.
Setelah sampai diatas gunung, dia melihat seekor landak sedang
menggulungkan badannya seperti sebuah bola sedang tidur siang. “hei!
Hei! Bangun! Bangun saya sudah datang!.”
“Jangan berisik! Jangan mengganggu tidur siangku!” ujar sang landak yang masing mengantuk.
“Sungguh tidak tahu diri!, badanmu begitu kecil tetapi masih sombong!,
rasakan saya akan menduduki engkau seperti sebuah kursi!” Monyet
menghina landak sambil duduk diatasnya.
Landak sangat marah, sambil mengibaskan badannya sehingga semua duri
landaknya berdiri, “Aduh… sakit! Sakit!” sambil berteriak dan berlari
monyet memegang pantatnya yang kesakitan.
Ketika seseorang menjadi terlalu sombong, memandang rendah setiap
orang, dia tidak akan melihat kelemahan dirinya sendiri dan kelebihan
yang dimiliki oleh orang lain. Jika kita dapat lebih banyak melihat
kelebihan orang lain, lebih banyak menghormati orang lain, dan selalu
intropeksi kepada diri sendiri maka orang tersebut akan dihormati orang
lain juga. (Erabaru/hui)
source: erabaru.net
0 comments:
Post a Comment